Thursday, April 5, 2018

Tagor, Can Not Hide Secret (Tagor, Tak Pandai Menyimpan Rahasia)

(panorama puncak air terjun Tagor)

Saat malam, akan ada nyanyian malam yang indah dan sejuknya kabut...
Saat mentari, akan ada sejuknya pepohonan ...


Adik-adik persiapan kalian sudah lengkap? Ingat yah kalau disana, kalian harus dengar nasihat dan ikuti instruksi dari kakak-kakak, dan kalian yang bertugas menyiapkan makanan,ingat? “sekilas nasihat yang diberikan kepada kami dari 2 senior anggota JEFA” sebelum memulai perjalanan dari tempat kami berkumpul, kami berdoa agar selama perjalan kami dilindungi oleh sang Maha Kuasa,  hingga tiba kembali dengan tidak kurang satu apapun.



Sepanjang perjalanan yang kami tempuh dihiasi dengan pepohonan dan hawa yang begitu sejuk, kanan dan kiri jalan raya hanya ada pepohonan yang rimbun. Cuaca pada hari itu begitu bersahabat, walaupun selama perjalanan kami sudah di temani oleh dinginnya kabut. Di jalan ada beberapa angkutan umum yang melintas, ada juga motor dan mobil namun masih tetap sunyi karena hanya ada beberapa saja. “Kak, jam berapa kita akan sampai ?”. Tanyaku, pada salah seorang seniorku yang membonceng ku dalam perjalanan. “ Paling dua jam lagi kita sampai,” katanya.


(Bang Azwar dengan Kak Hana sedang bersiap2 untuk tracking)

            Sejuknya pepohonan, nyanyian malam yang indah, burung-burung dan suara malamnya begitu nyaman terdengar. Malam yang begitu gelap, bintang-bintang begitu cerah bertaburan di langit yang diam. Beberapa kampung yang kami lewati terdapat aliran sungai yang suara alirannya terdengar. sesekali kami berhenti karena salah satu kendaraan milik teman kami bermasalah, namun tidak membuat semangat kami berkurang.

(Kak Lila, Sarni, Adel n Hana lagi unpacking bama untuk malam... pinjam kacamatanya kah...Kak Hana)

(Suasana Malam di Rumah Pak Absalon Bahba/Kep.Kamp Mambunibuni)

(Bang Pupe dan bang Rian lagi beramah-tamah dengan Pak Kepala kampung dan Tourgide lokal)


(Makan malam bersama)


(Yang mendokumentasi/ Bang Neo lagi didokumentasikan oleh entah siapa)


(Kebersamaan bersama Anak Kepala Kampung)


(Mehak/Ngopi sehabis dinner)

            Kami tiba di kampung Mambunibuni tepat pukul 20 : 48 malam, beberapa rumah yang kami lalui di pemukiman itu terasa sunyi dan tidak terdengar suara keramaian. Beberapa pekan sebelumnya anggota devisi Alam dari Organisasi Jelajah Fakfak sudah survey terlebih dahulu ke pihak kampung Mambunibuni perihal maksud kedatangan kami untuk menjelajahi Air Terjun Tagor Kampung Mambunibuni. Ketika kami tiba, kami langsung menuju rumah bapak kepala kampung Mambunibuni, Bapak Absalon Bahbah mulai percakapan kami. Setibanya kami di sana, kedatangan kami di sambut hangat oleh bapak kepala Kampung beserta keluarganya. Seteko teh hangat menjadi jamuan kekeluargaan di antara kami dan juga sebagai pembukaan untuk memulai bercengkrama perihal maksud dan tujuan kedatangan kami.






(Bang Pay lagi menikmati Teh)


            Setelah itu tepat pada pukul 21 : 22 beberapa chef  jefa menuju ke dapur untuk mempersiapkan makan malam, menu makan kami yaitu Mie Rebus Sardens di tambah Nasi sebagai pelengkap, makanan sederhana dan komplit di masak di Tungku yang menambah cita rasa yang enak dan lezat. Pukul 23: 30 kami lanjutkan dengan persiapan packing barang bawaan untuk tracking, barang bawaan milik perempuan yang melebihi beban di kurangi dengan cara membaginya ke ransel milik laki-laki, namun untuk BAMA (Bahan Makanan) yaitu Mie kami bagikan disetiap ransel yang di bawah setiap anggota,  semua bahan makanan dan perlengkapan sudah komplit, waktu sudah menunjukkan pukul 00 : 18 dini hari, kami di haruskan agar segera beristirahat untuk mempersiapkan diri menghadapi perjalanan jauh pada esok hari. Manage waktu sangat penting dalam kegiatan jelajah di Alam karena untuk melatih kedisiplinan. Terkadang perkiraan waktu yang telah di tetapkan tak sesuai dengan yang terjadi ketika kegiatan jelajah di mulai, mulai dari kondisi cuaca yang tak bisa di tebak seperti hujan, kabut dan kurangnya informasi tentang jalur tracking yang akan di tempuh.
(Tanta2 mamasak jefa - Kak Sarni, Kia, Lila)


(Petugas Lighting dapur - Kak Hana)


(Cekrek Dikit Kak Hana)
  
***
            Pukul 05. 00 subuh, kami sudah bangun dan bersiap-siap untuk memulai kegiatan jelajah air Terjun Tagor, para chef jefa sudah mempersiapkan sarapan pagi berupa roti yang di selaikan susu dan teh panas untuk menambah tenaga di pagi itu.


(Menu Pagi - Roti Lapis Ala Mambunibuni dan Jefa....Yummiii)


(Kak Adel dan Kak Sarni lagi Masak buat Rombongan)


(Kak Sarni Kaget difoto)

            Sarapan sudah selesai, kami berkumpul untuk meminta perlindungan dan keselamatan selama perjalanan nantinya kepada empunya Alam Semesta Tuhan Yang Maha Esa. Hidup dari Alam Besar Bersama Budaya,” Salam Jelajah !!! Riuh semangat kata-kata Salam Jelajah telah bergema, semangat besar dalam diri anak-anak Jelajah Fakfak begitu terlihat di pagi itu, kecintaan yang tinggi akan Alam, komitmen yang besar untuk bisa menaklukkan/Mencapai Air Terjun Tagor menjadi prioritas utama.



Kami memulai perjalanan pukul 07.00 pagi, di sepanjang perjalanan kami menemukan beberapa anak sungai yang mengalir dengan jernih, pepohonan yang rimbun dan juga terdengar suara burung yang syahdu. Perjalanan kami di pandu oleh dua orang warga kampung Mambunibuni, sepanjang perjalanan jalur tracking yang kami temui yaitu tebing yang curam, jalan yang kami lalui berupa lereng gunung yang terjal. Namun dipertengahan jalan persediaan air kami berkurang, disitulah kami memanfaatkan air sungai yang ditemui,  untuk mengisih wadah tempat penyimpanan air yang telah habis, perjalan pun dilanjutkan dengan kondisi lintasan jalan yang berlumpur, salah satu teman baru saja menyadari ada seekor lintah yang menepel dikakinya dan kami mulai menlihat kaki kami masing-masing, apakah ada lintah yang menepel ?, nah… kami pun memanfaatkan salah satu bawaan kami yaitu spirtus untuk melepaskan isapan lintah yang menempel ditubuh kami. Namun disetiap perjalanan kami terus saja mendapati lintah yang menempel dibawa telapak kaki sampai pada akhirnya kami benar-benar tidak memperdulikan keberadaan lintah, karena pada awalnya kami takut hingga berubah menjadi gemas.

Setelah berjalan selama beberapa jam, kami lalu mengikuti jalur jalan loging bekas perusahaan kayu 24 tahun lalu, sejak 1993 yang sudah tutup, jalur ini pun sudah di tutupi oleh semak belukar dan juga pepohonan. Di sepertiga perjalanan kami memutuskan untuk beristirahat dan membentuk tim menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok memiliki satu leader yang mengawasi, disetiap kelompok masing-masing lider memegang HT sebagai alat komunikasi untuk saling mengabari posisi terkini dari masing-masing kelompok. Tibalah kita disebuah tempat yang kami sebut puncak bukit signal, karena ditempat ini kami dapat menghubungi keluarga untuk menginformasikan keberadaan kami melalui Telepon Genggam milik masing-masing agar mereka tidak khawatir. Sampai pada pukul 18.00 Sore, perjalanan kami masih belum sampai di Air Terjun Tagor, karena malam telah tiba maka kami memutuskan untuk menginap di perjalanan tepatnya di sebuah dataran dengan rumput-rumput meranggas  di antara pepohonan besar dan juga lereng tebing.
            Rasa lelah dan letih telah menghampiri, namun Tagor We Will Subjugated/reach”.“Tagor Akan Kami Taklukkan/capai” dalam diri masing-masing dan juga suara penyemangat dari sesama anggota mengobati rasa lelah dan letih ini.  Salah seorang pertisipan kami, Abidin Patiran berhasil menaklukkan satu anak rusa, rusa itu menjadi santapan makan malam kami. Daging rusa kami olah dengan ala kadarnya dengan cara memanggangnya. Bama yang dibawa , kami masak untuk menjadi santapan malam.

Kami membangun tiga buah tenda, dan juga beberapa ikatan hamock di pepohonan untuk tempat kami beristirahat di malam itu, malampun semakin larut hanya suara angin ditemani suara jangkrik yang menghibur kami dimalam itu, udara semakin dingin sampai terasa menusuk ketulang-tulang sehingga kami membuat perapian didekat tenda (tempat istirahat) untuk menghangatkan tubuh kami, kami punter lelap dalam tidur hingga pagi esok hari.

Pagi pun tiba, kami bergegas menyiapkan Teh hangat sebagai pengisi perut untuk memulai langkah untuk menuju tujuan kami, tepatnya pada pukul 09.00 kami berkemas, dan melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Tagor, kami melewati tebing yang terjal dan satu anak sungai yang terusannya ke Air Terjun Tagor ini. Kami terus menyusuri jalan ini, ± 3 jam perjalanan, tibalah kami di bagian atas dari Air Terjun Tagor, disini kami diberitahukan sedikit cerita mistik oleh salah seorang pemandu, agar jangan berdiri tepat di ujung tepi jatuhnya air, karena dapat merasakan tarikan yang sangat kuat untuk membuat kita mengikuti jatuhnya air.

Pemandangan yang begitu indah nan menakjubkan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena mata kita dimanjakan dengan keindahan alam yang kita lihat dari atas air terjun, sejauh mata kita memandang, kami melihat bukit-bukit tersusun rapi dengan rimbunnya pepohonan, dan kami dapatkan secara free dengan perjuangan yang begitu menantang dari ketinggian 651 m dpl. Nampaknya kalimat Tagor, We Will Subjugatedakhirnya bisa tergantikan dengan Tagor, Jelajah Fakfak Subjugated/Reach.


            Setelah mengambil data dokumentasi dan berfoto bersama, perjalanan pun kami lanjutkan untuk melihat bagaimana derasnya Air Terjun Tagor ini dari bawah, selama perjalanan begitu banyak tantangan dan juga rintangan yang kami dapatkan.
Kami harus menuruni jurang yang terjal dan begitu curam.

Untuk sampai ke bawah, kami harus ekstra hati-hati. Karena sedikit saja kesalahan dapat berakibat fatal. Kami menggunakan beberapa tali hammock dan sedikit mengandalkan bantuan alam berupa rotan hutan.

Tim laki-laki yang berjumlah 13 orang di bagi menjadi dua tim. Tim pertama turun terlebih dahulu membawa semua bawaan. Sedangkan tim ke dua tetap diatas menemani para wanita dan memberika sedikit arahan.

Arti dari kerja sama dan kekompakan kami dapatkan disini, ini adalah kerja sama yang baik pada saat kami saling berpegangan tangan menuruni jurang yang terjal, saat kami saling menopang satu sama lain, saat kami menjadikan rotan yang kuat sebagai alat untuk menuruni tebing yang terjal, dan bersama-sama menggenggamnya dan sekuat genggaman itu juga kita berusaha untuk menjaga kekompakan.

Setelah beberapa jam, upaya kami untuk melihat derasnya Air Terjun Tagor ini pun terbayar, begitu gagah derasnya Air Terjun ini, tak ingin berhenti kedipan mata ini ketika melihat keindahannya.

Seketika siapapun yang melihat Air Terjun Tagor akan langsung terhipnotis dengan rahasia keindahannya. Dan lagi-lagi Fakfak tak pandai untuk menyembunyikan keindahan alamnya di hadapan semua orang. Dan lagi rahasia keindahan alam Fakfak terbongkar, dan sudah bukan rahasia lagi jika Fakfak mempunyai keindahan alam yang indah
.
            Selama perjalanan balik ke Kampung Mambunibuni, kami mengalami beberapa kendala cuaca yaitu hujan dan juga kabut. Kami menelusuri terusan Air Terjun Tagor, debet air sungai yang naik, bebatuan sungai yang licin, kondisi fisik yang sudah tidak memungkinkan dan efisiensi waktu yang tak bisa kami pastikan maka kami setelah di mufakatkan bersama, melalui perundingan yang pelik,akhirnya kami memutuskan untuk menginap demi keselamatan diri kita, kami menginap di tepi bebatuan terjal yang membentuk seperti atap, disitu kami membuat perapian, dan beristirahat.

Lagi-lagi bantuan alam yang ada kami manfaatkan untuk tempat beristirahat berupa goa yang ada. Rupanya alam sangat tahu akan kebutuhan kami. Mengandalkan alam yang ada adalah salah satu cara terbaik jika kalian ingin survive.

            Setelah puas menikmati indahnya air terjun tagor, tepat pukul 16.00, kami berunding untuk memutuskan apakah kembali ke kampung Mambunibuni hari itu juga atau harus menunggu keesokan harinya. Dari rundingan tersebut, kami putuskan untuk menunggu hingga esok hari. Lagi-lagi safety first kami utamakan. Perjalanan seperti ini harus mengutamakan keselamatan demi kebaikan tim yang ikut serta.

Rupanya perut kami tidak bisa berbohong, lapar dan lelah datang. Nan Jelajah Fakfak (Wanita) mengambil peran untuk membuat makanan untuk semua rombongan yang ikut. Setelah memastikan perut kami terisi, pukul 19.00 kami beristirahat menyimpan energi untuk melanjutakan perjalanan keesokan hari.

Goa yang berada di lereng tebing dimanfaatkan untuk beberapa teman-teman Jelajah Fakfak untuk melepaskan lelah mereka. Sebagian ada yang beristirahat di dalam tenda. Sebagian lagi hanya beristirahat dengan beralaskan tarpal dan menikmati dinginnya alam.

            Pada pagi di hari Senin itu, kami melanjutkan perjalanan di hari Ke-3 ini yaitu kembali ke perkampungan Mambunibuni, kami memulai perjalanan pada pukul 06.00 pagi, setelah sarapan Susu panas dan telur ayam rebus ala kadarnya. Cuaca pada pagi itu cukup bersahabat hingga pada siang hari, jalur tracking yang kami lalui pun masih sama seperti perjalanan awal. Setelah setengah perjalanan kami beristirahat di Kebun milik orang kampung Mambunibuni yang mengantar kami. Berbagai kondisi kami rasakan pada saat beristirahat disitu yaitu lapar, letih, capek, dingin dan berbagai perasaan lainnya yang tak bisa di gambarkan one by one.


(antri saat pembagian sebungkus mie instan)


      Persediaan bahan makanan yang telah menipis, mengharuskan kami untuk saling berbagi satu sama lain, satu bungkus Supermie Goreng di bagi untuk seluruh anggota, dalam keadaan hujan-hujanan mereka rela mengantri untuk mencicipi bersama. Perjalanan selama 83 Jam, 4.980 menit, 298.800 detik, 3 hari, dan 2 malam. Sungguh perjalanan yang begitu berharga dan berkesan. Mengukir begitu banyak kenangan, baik suka maupun duka yang akan terus menjadi kenangan. Tagor yang buat kita jatuh bangun, Tagor yang buat kita menjadi dingin, Tagor buat kita banyak belajar tentang kebersamaan dan kerja sama, Tagor yang buat kita saling kenal satu sama lain, dan semua karena Tagor. Sekian ...

End Note : Dari hasil survei Jelajah Fakfak, Waktu perjalanan yang di tempuh saat bepergian yaitu selama ......... jam, dan saat balik yaitu ........jam. Sepanjang perjalanan kami menemukan banyak tebing yang curam terjal, dan aliran anak sungai dan bebatuan yang licin. Kesiapan fisik sangat diutamakan dalam perjalanan ke Tagor. Bahan Makanan dan juga peralatan pendakian. Selain itu baiknya bepergian saat musim kemarau. 


Berikut Video Hasil Jelajah kami :




Beberapa Foto dokumentasi nya 


(Masak sambil Cekrek)







(Bang Akil lagi Unpacking)

(Bang Rian dan Bang Neo berebut Rusa Bakar, Bang Udin Hanya memantau...)



(Bang Azwar Lagi Chek Kelengkapan Barang)





(Makan bersama itu Nikmat)







(Mehak Time....Sruuuup)

(Bang Pupe sudah ambil posisi dluan untuk istirahat buat tracking besok.....hoaaam...zzz)


(Bang Azwar!!! Cekrek)

(Ngetehnya Bang Pupe sepertinya nikmat betul...)

(Perjalanan Menyusuri tepi Kali)

(Persiapan Pagi sambil nongkrong bareng warga)


(Kak Kia yang masih belum Layu, maklum, masih datar rutenya....hehehe)

(Mendaki Gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra...Hatori Kali ye...)



(Lagi Baku mlawan posisi foto - puncak Tagor)

(Sempat2nya olah bakat - Kak Nuel, kebayangkan Romantisnya Abang yang satu Ini? Ladieees serbu!!!)

(Tirai Megah nan Anggun Sang Tagor!!!)

(Post 1, susuran Kali 200 MDPL)

(Cadas Pagar Alam Rute Tagor)

(Suatu Saat kau akan jadi Aset yang mensejahtrakan Masyarakat sekitar, Pesan Untuk Sang Tagor)


(Caving sambil Resting)

(Kak Yudit sedang menanam harapan Mulia untuk Sang Tagor)



(Posisi sudah sip...Cekrek!!!)

(Kak Lila sedang mengamati 2 guide Lokal)

(Abang 2 guide ini paling susah diajak cekrek, makanya cekreknya hiddenway)

(Hmmmm, tebak jepretan siapa cobaaa.....???)

(Bang Pay dan Bang Neo sedang nunggu Rombongan)

(Susunan Pixel dari Tuhan Sang Maha Indah)

(Menyeberangi Kali)

(Sudah dibilang Indah!!!)

(Pasukannn, atur Posisi!!!)

(Simpatisan Abidin Iha, BangAkil dan Bang Rizal lagi atur posisi bikin Cover Film)


Harapan besar kami agar Sang Tagor ini dapat dikelola melalui kolaborasi apik Masyarakat dan Pemda lewat sector Pariwisata dan sector lainnya untuk menjadi aset yang mampu menyokong kesejahteraan bersama, khususnya masarakat setempat.
Amin...Tuhan

3 comments: